image1 image2 image3

WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M A DREAMER

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA

LAPORAN PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA


Oleh :
NAMA                        : Ahmad Syarif H

NIM                            : AIL012055

ROMBONGAN         : P


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013




I. PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat  atau disekitar tanaman pokok tersebut.  Pendapat para ahli gulma yang lain  ada yang mengatakan  bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu  atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
  Kehadiran gulma pada lahan pertanian  atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan  gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya)   dalam hal:  penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah,  penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
 2. Sebagian besar tumbuhan gulma  dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat  toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya  biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.

B.  Tujuan

1.      Mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya
2.      Mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma, dan dominasi suatu vegetasi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur.  Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman, 1991).
Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun, kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan rung tumbuh, gulma mampu berkompetensi kuat.(Emanuel. 2003)
Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya.  Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati.  Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya.  Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati.  Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).
Menurut Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara subjektif dan definisi ekologis.  Beberapa definisi subjektif adalah:
1.      Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2.      Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3.      Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
4.      Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.      Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.
Berdasar sifat morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds).
Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds)
Berdasarkan pengaruh terhadap tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E. (Emanuel. 2003)
Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Tjitrosudiro, 1984):
1.      Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2.      Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3.      Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4.      Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5.      Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Bagian-bagian yang hasrus diperhatikan untuk memperoleh efisiensi pendataan vegetasi diantaranya adalah: keadaan geologi tanah, topografi, dan data-data sebelumnya serta fasilitas kerja atau keadaan  seperti peta,lokasi yang dicapai, waktu yang tersedia dan sebagainya.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan suatu wilayah atau daerah. Suatu analisis vegetasi kadang kala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama dalam satu wilayah.komunitas tumbuhan  (asosiasi) sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di sustu wilayah.Sifat dasar yng harus dimiliki oleh oleh komunitas tumbuhan adalah :
a.       Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b.      Fisiognonomi (struktur ,tinggi, penutupan\,tasjuk daun, dan sebagainya.)

a.       Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan lingkungan dan habitatnya
Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun yang dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam pengolahan hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian. Kerugian – kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus dikendalikan (Hamid, 2010).
Gulma dapat diklasifikasikan menurut morfologinya menjadi beberapa golongan, yaitu golongan rerumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan teki-tekian (sedges). Beberapa definisi yang termasuk kelompok ini adalah (Sukman, 1991) :
1.      Tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2.      Semua tumbuhan selain tanaman budidaya, sebagai contohnya selain tanaman padi di sawah yang sengaja ditanaman tumbuhan lainnya dianggap gulma.
3.       Tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya.
4.   Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif pada manusia baik secara langsung maupun tidak dan lain sebagainya.
5.       Mempunyai daya saing / daya kompetisi yang tinggi terhadap tanaman pokok.
6.       Dapat menjadi inang sementara bagi penyakit atau parasit tanaman utama.
7.       Menghambat kelancaran aktivitas manusia.
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.
Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).
Gulma mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh:
1.        Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur- unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2.        Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji- biji gulma.
3.        Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4.        Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri- duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa diantara tanaman yang diusahakan.
5.        Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6.        Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7.        Kenaikan ongkos- ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8.        Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka.
Identifikasi gulma adalah suatu metode pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani dan takson gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku pedoman identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan (Sembodo, 2010).


III. METODE PRAKTIKUM


A.    Alat dan bahan
1.      Lahan sawah dan lahan kering
2.      Alat square method ukuran 50 x 50 cm
3.      Buku deskripsi gulma atau herbarium
4.      Kantong plastik
5.      Alat tulis
6.      Kantong kertas
7.      Oven
8.      Timbangan
9.      Label
10.  Lem kertas
B.     Prosedur kerja
1.      Dilemparkan alat square method sebanyak 5 kali pada lahan sawah dan lahan kering untuk membuat petak contoh dengan ukuran 50 x 50 cm.
2.      Diambil  gulma yang tumbuh pada petak contoh tersebut.
3.      Dimasukan kedalam kantong plastik gulma yang diperoleh dan diberi nama sesuai dengan lahan dan nomor petak contohnya dengan menggunakan label.
4.      Diidentifikasi jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi gulma berdasarkan cirri morfologinya yang sebelumnya telah dicuci.
5.      Ditulis nama spesies dan jumlah dari masing-masing gulma yang diidentifikasi dan dimasukan ke dalam kantong kertas.
6.      Setelah diidentifikasi, gulma yang ada dalam kantong kertas dimasukan kedalam oven sampai kering konstan.
7.      Dilakukan pengovenan selama dua hari.
8.      Ditimbang  masing-masing jenis gulma yang telah dioven.
9.      Dihitung kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing-masing jenis gulma.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan

No
Nama spesies gulama
Km
Kr
(%)
Fm
Fr
(%)
Dm
Dr
(%)
NJD/SDR
1
2
3
4
1
Cyperus rotundus L
-
6
-
71
77
38,5
2/4
11,11
25
22,9
24,17
2
Axonopus campresius
-
-
-
8
8
4
1/4
5,56
18,75
17,17
8,91
3
Mikania micrantha H.B.K.
-
-
2
1
3
1,5
2/4
11,11
0,7
0,64
4,41
4
Digitaria ciliaris
-
-
-
1
1
0,5
1/4
5,56
0,8
0,73
2,26
5
Ischaemum timorense Kunth
12
-
-
-
12
6
1/4
5,56
17,7
16,21
9,26
6
Imperata cylindrica (L.)Beauv.var. migor(Ness) C.E. Hubb
6
3
14
-
23
11,5
3/4
16,67
16
14,65
14,27
7
Heliotropium indicum L.
1
-
-
-
1
0,5
1/4
5,56
1,8
1,64
2,56
8
Ageratum conyzoides L.
1
-
-
-
1
0,5
1/4
5,56
0,7
0,64
2,23
9
Colopagonium sp.
2
-
-
-
2
1
1/4
5,56
1
0,91
2,49
10
Schaemum timorense Kunth.
-
8
11
-
19
9,5
2/4
11,11
12
10,99
10,53
11
Cyanotis axillaris L. Sweet
-
47
-
-
47
23,5
1/4
5,56
5
4,58
11,21
12
Digitaria adscenden H.B.K
-
-
4
-
4
2
1/4
5,56
4,6
4,21
3,92
13
Bidens biternata L.
-
-
2
-
2
1
1/4
5,56
5,1
4,67
3,74
200
100
18/4
100,04
109,15
99,94
99,96
Tabel Jenis gulma hasil pelemparan petak contoh pada lahan kering.

B.     Pembahasan

1.      Cyperus rotondus L.







a.       Klasifikasi
Kingdom         : Plantae
Divisio                   : Spermatophyta
Kelas                     : Monocotyledoneae 
Ordo                      : Cyperales
Famili                    : Cyperaceae
Genus             : Cyperus
Spesies                : Cyperus rotundus L.


a.       Deskripsi tanaman
Gulma tahunan berumur lebih dari 2 tahun. Umumnya berkembang biak Fsecara vegetatif, namun ada beberapa spesies yang berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Organ perkembangbiakan vegetatif berupa akar , rimpang, umbi dan stolon. Pemotongan organ-organ tersebut biasanya terjadi pada saat pengolahan tanah.
Gulma ini merupakan Herba menahun, tinggi 0.1 – 0.8 m ( 1m ), Batang tumpul sampai persegi tiga tajam, lunak , membentuk umbi , hijau pucat. Daun berjumlah 4 – 10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup tanah,helaian daun bentuk garis, dari atas hijau tua mengkilat, 10 – 60 kali 0.2 – 0.6 cm. Bunga Majemuk, di ujung batang, bentuk bulir, panjang 1-3 cm, lebar 2 mm, benang sari tiga, kepalasari merah, putik panjang ± 1,5 cm, coklat. Buah Bulat telur, panjang ± 1,5 cm, coklat. Akar Serabut, putih kotor. Anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, dan keseluruhan terkumpul lagi menjadiberbentuk panjang.Daun pembalut berjumlah 3 – 4, tepi kasar, tidak merata. Jari-jari payung 6 – 9,pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung, yang terpanjang 3 – 10 cm, yang terbesar sekali lagi bercabang. Anak bulir 3 – 10 berkumpul dalam bulir, duduk, berbetnuk garis, sangatgepeng, coklat, panjang 1 – 3 cm, lebar 2 mm, berbunga 10 – 40. sekam dengan punggung hijau dan sisicoklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3.buah memanjang sampai bulat telur terbalik, persegi tiga, coklat, panjang kurang lebih 1.5 mm.
Penyebarannya baik di daerah tropis ataupun daerah sub tropis.n Berkembang biak terutama dengan umbinya.
Gulma ini apat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah dengan ketinggian 1 – 1000 m. Gulma ini 
termasuk gulma tahunan yang berkembang biak terutama dengan umbinya. Umbi gulma ini dapat tumbuh pada
suhu sekitar 13 – 14°C dan suhu optimum untuk pertumbuhan teki berkisar antara 30 –35°C.
2.      Axonopus compressus





a.       Klasifikasi
Kingdom   : Plantae
Divisi         : Spermatophyta
Kelas         : Dicotyledoneae
Ordo          : Poales
Family       : Poaceae
Genus        : Axonopus
Spesies      : Axonopus compressus (Swartz) Beauv.
b.      Deskripsi tanaman
Gulma tahunan ( perennial weeds ), gulma yang umurnya lebih dari 2 tahun. Gulma ini umumnya berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Organ perkembangbiakan stolon. Pemotongan organ-organ tersebut biasanya terjadi saat pengolahan tanah.
Sistem perakaran tunggang. Akar jukut pahit memiliki panyak percabangan. Akar jukut pahit memiliki warna coklat keputih-putihan. Akar jukut pahit tidak lagi memiliki rambut-rambut halus. Batangnya tidak berongga, bentuknya tertekan ke arah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering membentuk geragih yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar dan tunas baru, di lapangan sering tumbuh rapat membentuk “sheet”.
Daunnya berbangun daun lanset, pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm. 
Bunga jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) terdiri dari dua sampai tiga tangkai yang ramping semuanya tergabung secara simpodial muncul dari upih daun paling atas berkembang secara berturut-turut, tangkai perbungaan tidak berbulu, pada bagian ujung (apex) terbentuk dua cabang bunga atau bulir (spica) yang berhadapan berbentuk huruf V. 
Buah jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) tersusun dalam dua baris yang berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata. Buah jukut pahit tidak saling tumpang tindih. Buah jukut pahit berwarna hijau muda. Buah jukut pahit berukuran kecil. Buah jukut pahit memiliki ukuran yang kecil.
Biji jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) berbentuk sangat kecil. Biji jukut pahit berada di dalam buahnya. Biji jukut pahit tidak memiliki rambut-rambut halus atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan bijinya. Biji jukut pahit memiliki warna putih atau memiliki warna putih kehijau-hijauan.
Gulma ini beradaptasi dengan iklim tropis
3.      Mikania micrantha H.B.K.









a.     Klasifikasi
Kingdom   : Plantae (Tumbuhan)
Divisi         : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas         : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo          : Asterales
Famili        : Asteraceae
Genus        : Mikania
Spesies      Mikania micrantha Kunth
b.     Deskripsi tanaman
Mikania micrantha merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan cepat. Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati berupa phenol dan flavon. Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat mencapai 95%.
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm.  Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi. 
Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2mm.
Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit yang dapat tumbuh hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania umumnya tumbuh dominan pada areal kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) hingga dapat meimbelit/menutupi seluruh pelepah/tajuk kelapa sawit.
4      Digitaria ciliaris









a.       Klasifikasi
Kingdom               : Plantae
Divisi                     : Magnoliophyta
Kelas                     : Liliopsida
Ordo                      : Cyperales
Famili                    : Poaceae
Genus                    : Digitaria
Spesies                  Digitaria ciliaris

b.      Deskripsi tanaman
Tumbuh-tumbuhan dapat mudah tumbuh pada segala macam keadaan tanah pada ketinggian 1 – 1800 m. Tumbuihan tahunan dalam bentuk lempengan, batang yang menyagga bunga tingginya 50-11-cm.
Digitaria ciliaris merupakan gulma berdaun sempit, yang memiliki ciri khas seperti: daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar,dan memiliki pelepah atau helaian daun.
Pelepahnya tipis, helai daunnya lembut berbentuk pita. Bunga majemuk diujung batang berbentuk tandan berjumlah 4-9 spikelet berbentuk bulat telur.
Rumput yang berumpun, dengan batang yang merayap; tinggi dapat mencapai 1 – 1.2 m. Batang berongga, pipih yang besar semakin ke bawah. Pelepah daun menempel pada batang, lidah sangat pendek. Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, kerapkali berwarna keunguan. Bulir 2 – 22 per karangan bunga, terdapat pada ketinggian yang tidak sama. Poros bulir berlunas, panjang 2 – 21 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri sendiri dan berpasangan tetapi dengan tangkai yang tidak sama panjang, ellips memanjang, rontok pada saat bersamaan, panjang 2 – 4 mm.

5.      Ischaemum timorense Kunth









a.       Klasifikasi
Kingdom   : Plantae
Divisi         : Magnoliopsida
Kelas         : Liliopsida
Ordo          : Cyperales
Suku          : Poaceae
Genus        : Ischaemum
Spesies      : Ischaemum timorense Kunth
b.      Deskripsi tanaman

Rumput menahun dengan akar rimpang yang panjang. Pelepah daun berwarna hijau terang atau ungu yang agak bertumpuk-tumpuk dengan helaian daun yang sangat pendek Daun kelopak memiliki panjang 3-6 cm, bentuk melanset-membundar telur sampai memita. Perbungaan terminal, terdiri dari 2 tandan yang menyatu, buliran berpasang-pasangan, satu melekat dan satu bertangkai, warna jerami; buliran yang melekat gundul, sedangkan buliran yang bertangkai berambut.
Hasil identifikasi yang dilakukan terdapat 12 jenis gulma pada lahan yakni, Cyperus rotundus L., Axonopus compressius, Mikania micrantha H.B.K., Digitaria ciliaris, Ischaemum timorense Kunth, Imperata cylindrica (L) Beauv. Var. Major (ness) C.E. Hubb, Heliotropium indicum L., Ageratum conyzoides L., Calopogonium sp., Cyanotis axillaris L., Digitaris adscenden H.B.K., Bidens biternata L.
Hasil analisis vegetasi yang dilakukan, jenis gulma yang dominan pada lahan adalah Cyperus rotundus L. dengan Nilai Jumlah Dominasi (NJD) sebesar 24,17%. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi dan Oetami (2009)  bahwa gulma ini dapat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah. Menurut Rao (2000), Cyperus rotondus L.  merupakan jenis gulma yang berbahaya (noxious). 
Pada lahan percobaan juga diketahui bahwa NJD setiap gulma bervarisi sehingga jelas terjadi persaingan, dan dari persaingan tersebut maka akan menyebabkan populasi dari satu gulma lebih sedikit dibandingkan dengan gulma lain. Hal ini sesuai dengan literatur Nasution (1986) yang menyatakan bahwa persaingan terjadi apabila sejumlah organisme (baik dari jenis yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam lingkungan. Dalam interaksi antara tumbuh-tumbuhan, pengobahan faktor-faktor lingkungan oleh suatu tumbuhan mengakibatkan berkurangnya aktivitas pertumbuhan dari tumbuhan lainnya.
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan  dan berasosiasi dengannya secara khas. (Moenandir,1988). Gulma yang selalu tumbuh di sekitar petanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya.
Mempelajari hubungan populasi gulma dengan tanaman budidaya bermanfaat untuk:
1.      Dapat menduga tingkat populasi dari setiap jenis atau spesies gulma dari generasi ke generasi, sehingga dapat menggunakan cara yang tepat untuk pengendaliannya.
2.      Memperoleh informasi mengenai ambang ekonomi gulma terhadap kerugian tanama budidaya.
3.      Mendapatkan informasi yang berhubungan dengan ekologi gulma untuk penggunaan herbisida yang benar dan sesuai.

Menurut Buchler et al. (1995)Cara-cara identifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini:
-       Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium
-       Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan
-       Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
-       Membandingkan dengan determinasi yang ada
-       Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
Karakteristik gulma dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap. Tanda-tanda yang dipakai yaitu bagian vegetatif gulma dan bagian generatif gulma. Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan generatif) lengkap.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuan. Metode analisis vegetasi sangat beragam tergantung keadaan vegetasi itu sendiri. Beberapa analisis vegetasi antaralain:
-       Metode garis. Merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Untuk areal luas, metode ini sering digunakan karena selain cepat juga cukup teliti. Alat yang digunakan yaitu pita meteran 15-25 meter disebut sebagai garis rintisan.
-       Metode titik. Merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika suatu kuadrat diperkecil sampai tidak terhingga, akan menjadi titik. Metode ini sangat efektif untuk sampling vegetatif yang rendah, rapat dan membentuk anyaman, yang tidak jelas batas satu dengan lainnya. Parameter yang diperoleh adalah dominasi dan frekuensi.
-       Metode estimasi. Digunakan untuk pengamatan sebuah petak untuk daerah yang luas serta tidak tersedia waktu yang banyak.
Parameter dalam analisis vegetasi yang digunakan adalah persentase penyebaran , kerapatan, frekuensi dan dominansi. Selain dinyatakan dalam persen, luas penyebaran komponen vegetasi sering diubah kedalam 5-10 skala abundansi. Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak contoh. Yang dimaksud frekuensi jenis tumbuhan adalah beberapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat jenis tersebut, dari sejumlah petak-contoh yang dibuat. Dominansi, istilah digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing dengan jenis lainnya. Dominansi dinyatakan dalam istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume. Perbandingan nilai penting atau summed dominance ratio (SDR) menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. SDR biasa dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga mudah diinterprestasi. SDR hanya berharga jika dipakai untuk menunjukkan jumlah dominasi suatu jenis dengan jenis lain dalam suatu komunitas. Dalam suatu analisis vegetasi akan diperoleh beberapa data yang penting yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

Pengelolaan gulma terpadu merupakan konsep yang mengutamakan pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yangtidak menguntungkan bagi perkembangan gulma dan meningkatkan dayasaing tanaman terhadap gulma. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengendalian secara terpadu:
a.       pengendalian gulmasecara langsung dilakukan dengan cara fisik, kimia, dan biologi dan secara tidak langsung melalui peningkatan daya saing tanaman melalui perbaikanteknik budi daya
b.      memadukan cara-cara pengendalian tersebut, dan
c.       analisis ekonomi praktek pengendalian gulma (Rizal 2004).
Pengelolaan gulma secara terpadu mengkombinasikan efektivitas dan efisiensi ekonomi.Jika penggunaan herbisida dikurangi maka pengolahan tanah setelah tanam diperlukan (Buchler et al. 1995). Pengolahan tanahdapat mencegah perkembangan resistensi populasi gulma terhadapherbisida, mengurangi ketergantungan terhadap herbisida, dan menundaatau mencegah peningkatan spesies gulma tahunan yang sering menyertai dan timbul bersamaan dengan pengolahan konservasi (Staniforth andWiese 1985).Pada saat penggunaan herbisida diminimalkan atau dikurangi,pengolahan tanah setelah tanam diperlukan untuk mengendalikan gulma (Buchholtz and Doersch 1968).Mengurangi pengolahan tanah lebih efisien dalam penggunaan energi daripada mengurangi penggunaan herbisida(Clements et al. 1995).

Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya
b.  Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis
c.   Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali
2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.   Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp dan lain sebagainya
b.   Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum aureum.
2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar
3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.  Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata
b.  Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica c.  Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes
4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.   Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens
b.  Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum
c.  Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenat.
5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae. Deangan ciri, batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.Buah disebut caryopsis atau grain.Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens
b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides
c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp
6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava b. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp
7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a. Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
b. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :
1)    Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
       Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem
2)    Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
       Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
3)    Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
       Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan xylem.
















V. SIMPULAN DAN SARAN
A.  Simpulan
1. Hasil identifikasi yang dilakukan terdapat 12 jenis gulma pada lahan kering yakni, Cyperus rotundus L., Axonopus compressius, Mikania micrantha H.B.K., Digitaria ciliaris, Ischaemum timorense Kunth, Imperata cylindrica (L) Beauv. Var. Major (ness) C.E. Hubb, Heliotropium indicum L., Ageratum conyzoides L., Calopogonium sp., Cyanotis axillaris L., Digitaris adscenden H.B.K., Bidens biternata L.
2. Gulma yang paling dominan pada lahan kering adalah Cyperusrotundus L., dengan Nilai jumlah dominasi (NJD) sebesar 24,17%. NJD terendah adalah Ageratum conyzoides L.

B.   Saran
            Semoga praktikum yang selanjutnya jauh lebih baik dan penggunaan waktu lebih efisien.
















DAFTAR PUSTAKA


Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.
Buchholtz, K.P. and R.E. Doersch. 1968. Cultivation and herbicides for weed control in corn. Weed Sci. 16:232-234.
Buchler, D.B., J.D. Doll, R.T. Proost, and M.R. Visocky. 1995. Integrating mechanical weeding with reduce herbicide use in conservation tillage corn production systems.Agron. J. 87:507-512.
Budi, Gayuh Prasetyo dan Oetami Dwi Hajoeningtijas. 2009. Competitive
Ability of Several Soybean Varieties (Glycine max) against Imperata cylindrica and Cyperus rotundus. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2
Mahfudz. 2003. Studi Dinamika Gulma pada Berbagai Sistem Pertanaman di Taman Nasional Lore Lindu.Jurnal Agroland 10 (4) : 334-339.
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press,
            Jakarta.
Natawigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya,
            Bandung.

Polosakan, R., 1990. Pengaruh beberapa spesies gulma terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) varietas grompol. Dalam Prosiding I. Konferensi X. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang 13 – 15 Maret : 8-9.
Rahayu, N, Nasrullah dan A.T.Soejono. 2003. Periode Kritis Tanaman Jagung Terhadap Persaingan dengan Gulma. Jurnal Agrosains. Berkala Penelitian Pascasarjana ilmu-ilmu pertanian UGM 16 (1) : 31-41
Rao, VS., 2000. Principles of Weed Science. Science Publisher, Inc., USA.
Sastroutomo, Sutikno. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Staniforth, D.W. and A.F. Wiese. 1985. Weed biology and its relationship to weed control in limited tillage systems. In: A.F. Wiese (Ed.). WeedControl in Limited Tillage Systems. Weed Sci. Soc. Am. Champaign. IL.p.15-25.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.
Wicks, G.A., D.A.Crutcfield, O.C. Burnside, 2004. Influence of Wheat (Triticum 
aestivum) Straw Mulch and Metalachlor on Corn (Zea mays) Growth and Yield. Weed Sci . 42 : 141-147.




Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar